promosi

Sempat Dianggap Sia-sia, Siap Pasok Buah ke KEK Mandalika

Safrudin atau yang lebih dikenal dengan nama Amaq Wangi menjadi buah bibir. Ia berhasil mengubah lahan kering yang tandus di wilayah selatan Lotim men- jadi hamparan perkebunan

jeruk. Bagaimana ceritanya?

HAMDANI WATHONI, Selong

 

PERAWAKANNYA tegap dan lincah. Tak terlalu kurus tak juga gemuk. Penampakan ayah darakiah Wangi Safrila dan Muhammad Zaki Alfariski seperti kebanyakan petani pada umumnya. Di wilayah Lombok Timur (Lotim) bagian selatan, hampir semua petani mengenalnya. Ia adalah orang yang menginspirasi warga selatan de

ngan membuktikan bahwa lahan kering yang selama ini tak bisa dimanfaatkan bisa menjadi kebun buah Alhamdulillah saya punya kebun jeruk seluas 90 are di wilayah Ekas. Itu yang membuat warga beramai-ramai ikut menanam buah di sana,” tuturnya kepada Lombok Post Pria alumni SI dan S2 Juruan Fakultas Pertanian Univeristas Mataram ini memang fokus mengembangkan potensi pertanian. Itulah yang mebuatnya meski berstatus anggota DPRD Lotim, ia lebih senang dikenal sebagi petani Apalagi, berbeda dari kebanyakan akademisi pada umumnya, penampilannya memang terlihat lebih mirip petani ketimbang akademisi Karena saya ini kan memang petani. Kalau sudah ke kebun ya saya sama seperti petanilainnya tuturnya sambil tersenyum Karena kebun jeruk yang ditanamnya, kini warga selatan ikut beramai-ramai menanam buah-buahan. Mereka belajar darinya tentang teknik bagaimana menanam buah di lahan kering. Ratusan petani sudah mulai menanam buah jeruk, kelengkeng dan anggur, terdorong olehnya. Tak hanya menginspirasi ia juga membagikan dari 1.500 biji lewat dana aspirasi dewan Diceritakannya bagaimana awal mula dirinya bisa menyulap lahan kering menjadi kebun buah. Itu ketika tahun 2013 lalu, Amaq Wangi mendatangi sejumlah hotel yang ada di wilayah Pantai Kuta Lombok Tengah. Ia menemukan kecenderungan bahwa setiap hotel selalu menyajikan buah bagi para pengunjungnya. Salah satunya yakni di Novotel Lombok. Ia mengaku ketika berkunjung di hotel disuguhkan buah segar seperti kelengkeng, jeruk, anggur dan pepaya. Ia pun lantas menanyakan darimana pihak hotel mendatangkan buah ini Kebetulan ada teman saya kerja di sana, dia menceritakan kalau buah ini ternyata didatangkan dari luar daerah,” bebernya. Mendengar pengakuan temannya tersebut, iapun menyayangkan hal ini. Karena ia merasa seharusnya untuk kebutuhan buah sejumlah hotel yang ada di Kuta Lombok Tengah bisa memberdayakan petani lokal Khususnya di wilayah selatan.

“Dari sana saya bertekad untuk mengubah lahan kering yang ada wilayah selatan Lotim sebagai daerah KEK Mandalika yang bisa menghasilkan buah untuk dipasok ke sejumlah hotel”akunya.

Ia pun kemudian bertemu ahli pertanian. Salah satunya yakni ahli pertanian jeruk yang ada di wilayah Suralaga.Di sana ia kemudian membeli bibit jeruk dan mencari tahu seputar bagaimana mengelola tanaman jeruk. Setelah membeli bibit mengumpulkan 63 petani untuk dibina menanam buah ini. Ia pun turut menanam di lahan kering miliknya yang ada di Ekas Untuk mendapat keuntungan minimal kita harus menanam tanaman buah sejenis setengah hektare, kebetulan saya coba 90 are di lahan saya,” tutur suami dari Desi Komalasari ini Hanya saja, kontur tanah yang ada di Suralaga diungkapkan Amaq Wangi sangat berbeda dengan yang ada di wilayah Selatan Jerowaru. Sehingga, ia pun memodifikasi cara tanam jeruk ini dengan menggunakan ilmu pertanian yang ia dapat di Batam-Batam itu kan lahannya juga kering, ilmunya untuk menanam buah di lahan kering itu ditaruhi serabut kelapa di dalam tanah Kemudian serabut itu ditutup tanah lagi baru diatasnya dilepaskan bibitnya,” bebernya. Cara seperti ini bisa menahan panas dan membuat buah jeruk lebih manis. Beruntung, ia pun memiliki rekan yang secara sukarela menyumbangkan serabut kelapa sekitar satu truk. Benar saja, dari 472 pohon jeruk yang ia tanam, hanya tiga yang mati. “Padahal beberapa menganggap saya melakukan pekerjaan yang sia-sia menanam buah di lahan kering, setelah itu berhasil, ternyata banyak warga mengikuti,” tutumya tertawa puas.Tahun 2016 lalu, Amaq Wangi akhirnya menikmati manisnya jeruk buah jerih payahnya. Namun, ia lebih memilih memangkas buah pertama kebun jerukmiliknya. Dengan alasan jeruk harus dibiarkan berbuah di tahun ketiga. Agar kuat menahan penyakit dan tetap segar. “Januari nanti saya rencanakan panen pertama,” bebernya Meski sebagian besar ia pangkas namun buah pertama yang dinikmatinya ternyata memilik rasa yang manis. Hanya saja untuk mendapatkan hasil yang maksimal, buah pertama dan kedua harus dikorbankan. “Sama kayak orang menikah, kurang bagus kalau dia menikah terlalu muda. Cepat kena penyakit terangnya mengibaratkan.

Kini, ia pun kembali membagikan bibit buah kepada sejumlah warga.Mulai dari bibit kelengkeng, hingga anggur. “Total ada 1.500 bibit ditanamnya pun caranya salma menggunakan serabut kelapa. Karena intinya itu,” paparnya. La berharap adnya menjadikan lahan menjadi kebun buah bisa terwujud. Dengan demikian, lahan yang selama ini tak termanfaatkan bisa menyuplai buah di sejumlah hotel yang ada di wilayah selatan seperti maupun di wilayah Kuta Lombok Tengah. Ia juga yakin,petani jerowaru  harus terus mendapat pembinaan agar tetap bersemangat. Mereka harus diberika mereka contoh bisa percaya. “Pelisaq bawaq batu, lamun ndeq gita ndeq ne sadu” (kalau tidak ada bukti, tidak percaya),pungkasnya. (ra)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Translate »