Tersandera 29 Tahun, KEK Mandalika Akhirnya Dibangun
Pembangunan sektor pariwisata NTB pada 2017 menunjukkan perkembangan dengan diresmikannya operasional Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika yang berada di Lombok Tengah oleh Presiden lr. Joko Widodo (Jokowi) pada 20 Oktober lalu. Pembangunan di kawasan tersebut dapat dimulai setelah tersandera selama 29 tahun akibat persoalan lahan.
PERSOALAN lahan seluas 109 hektar di KEK Mandalika sudah tuntas, yang ditandai dengan pemberian uang kerohiman sekitar Rp 10 miliar lebih kepada 35 warga penggarap lahan negara di kawasan tersebut. Dengan tuntasnya persoalan lahan itu,bukan berarti tugas PT Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) Sebagai pengelola kawasan makin ringan bahkan semakin berat. IT DC diminta mempercepat pembangunan KEK Mandalika yang sudah tersandera selama 29 tahun tersebut. Bahkan pada saat peresmian operational KEK Mandalika, Presiden Jokowi meminta ITDC Sebagai pengelola KEK Mandalika supaya mengevaluasi izin-izin yang telah diberikan kepada investor. Presiden memberikan ultimatum jika sampai enam bulan investor belum melakukan konstruksi maka izinnya harus dicabut. Presiden meminta ITDC membuat aturan main yang jelas mengenai kontrak pemanfaatan lahan dengan investor di kawasan tersebut. Dalam melakukan penandatangan kerjasama pemanfaatan lahan dengan investor di KEK Mandalika, ITDC harus memberikan batas waktu sampai enam bulan harus ada konstruksi. Jika dalam waktu enam bulan investor belum melakukan pembangunan, maka izinnya harus dicabut. Presiden mengatakan banyak sekali investor yang antre menanamkan modalnya di KEK Mandalika.
KEK Mandalika, merupakan salah satu pemicu akan semakin pembangunan pariwisata NTB ke depan. Namun demikian akan banyak tantangan yang masih dihadapi. Gubernur NTB Dr TGH M Zainul Majdi bahkan menggambarkan tantangan-tantangan itu tak pernah selesai. Dulu katanya, pariwisata NTB dimantra kan se”bagai suatu keunggulan karena keindahan alam atau kekayaan destinasinya. Tidak lama kemudian, Pemprov sadar bahwa untuk menarik orang berkunjung ke Lombok dan Sumbawa tidak cukup dengan modal keindahan alam dan kekayaan destinasi wisata saja. Pemprov perlu menciptakan diferensiasi. Tapi ternyata, diferensiasi tersebut pada titik tertentu bukan lagi men- jadi diferensiasi ketika daerah lain di Indonesia melakukan hal yang sama. Sehingga, kata orang nomor satu di NTB ini, harus terus menerus dibangun kreativitas. Berbicara masalah pembangunan sektor pariwisata, orang nomor satu di NTB ini mengatakan perlu ada kreativitas terus menerus. Pengembangan sektor pariwisata tidak cukup hanya dengan kekayaan alam dan kultur untuk menarik orang datang ke Lombok dan Sumbawa. Pasalnya, daerah lain juga banyak yang me- miliki kultur yang jauh lebih kaya. Sehingga, Pemprov membangun segmen pariwisata baru yang disebut halal tourism (wisata halal),
Pengembangan segmen wisata halal ini lanjut gubernur tak membuat Pemda berhenti berkreativitas. Pasalnya, provinsi lain di Indonesia juga membangun branding wisata halal. Untuk itu, NTB menggagas wisata halal ini menjadi lebih khusus lagi menjadi Islamic MICE (Meeting, Incentive, Convention,and Exhibition) Menurutnya, membangun diferensiasi untuk mengem bangkan pariwisata harus dilakukan secara terus menerus. Karena, keunggulan atau keistimewaan yang dimiliki hari ini bisa jadi akan menjadi hal yang biasa dalam setahun atau dua tahun yang akan datang.
Kualitas Masih Lemah
Sektor pariwisata menjadi salah satu program unggulan Pemprov NTB. Meski banyak prestasi yang sudah didapatkan, namun masih banyak yang harus diperhatikan. Termasuk soal kualita sumber daya manusia dan fasilitas yang dianggap perlu untuk dimaksimalkan Selain fokus pada pembenahan, Pemprov juga semakin fokus melakukan promosi ke berbagai negara “Kita perlu merawat pasar dan melihat peluang pasar wisatawan yang baru. Sehingga banyak wisatawan mancanegara yang datang dan mereka bisa banyak berbelanja saat berkunjung,” kata Kadispar NTB H.L. Moh.Faozal, M.Si. Soal promosi ke berbagai daerah dan negara ini juga dikeluhkan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten/Kota di NTB Salah satunya Dinas Pariwisata Kabupaten Sumbawa yang merasa promosi pariwisata masih sangat terfokus di Pulau Lombok. Padahal Pulau Sumbawa juga memiliki banyak destinasi yang bisa dipromosikan. Selain itu, pelaku pariwisata di Lombok juga terkesan enggan untuk membuat paket wisata Lombok-Sumbawa. Banyak dari pelaku pariwisata di Lombok lebih senang menjual paket Bali Lombok karena dianggap lebih menguntungkan.”Kami juga mau dipromosikan secara terus menerus seperti Lombok. Saya rasa Lombok sudah banyak dikenal,saatnya mempromosikan Sumbawa. Harapan saya seperti itu,” kata Kepala Dinas Pariwisata Sumbawa, Junaidi. Hal sama juga disampai- kan Kepala Dinas Pariwisata Bima, Drs. H. Abdul Muis. Ia mengatakan bahwa selama ini sangat minim wisatawan mancanegara yang datang ke Bima. Hal ini juga disebabkan karena masih sedikitnya bahkan tidak ada pelaku pariwisata dari Lombok yang melakukan kombinasi paket wisata di Bima. Justru lebih banyak wisatawan yang berkunjung dari Labuan Bajo, NTT. Sehingga tidak heran jika Bima lebih banyak dijual oleh pelaku pariwisata dari luar NTB “Kita punya spot menyelam yang bagus. Jadi wisatawan yang datang ke Bajo itu menyelamnya di Bima. Sementara seperti itu, kalau dari Lombok yang datang itu sedikit sekali, hampir tidak ada,” ujarnya.Terkait keluhan Dinas Pariwisata Kabupaten Sumbawa dan Dinas Pariwisata Bima,menjadi catatan penting pembangunan sektor pariwisata NTB di tahun 2017. Dengan harapan catatan tersebut menjadi masukan penting bagi dinas terkait untuk men jadi bahan evaluasi. Soal target kunjungan wisatawan ke NTB tahun 2017, diyakini Faozal akan terlam
Angka kunjungan wisatawan tahun ini ditargetkan 3,5 juta. Dengan rincian, 2 juta wisatawan nusantara dan 1,5 juta wisman. Jika saja rata-rata kunjungan wisatawan dalam sehari sebanyak 17 ribu orang selama bulan ini, target 3,5 juta wisatawan itu bisa tericapai. (nas/lin)