Pembangunan Sumber Listrik Tenaga Nuklir Memasuki Tahap Awal
Mataram (Suara NTB) – Rencana membangun sumber pembangkit listrik tenaga nuklir sepertinya bukan isapan jempol. Pemprov NTB melalui Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) mulai melaksanakan tahapannya.
Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi, telah menandatangani MoU dengan Batan, kaitannya dengan kerjasama di berbagai sektor terkait. MoU tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan Penandatanganan Kerjasama antara Kepala Dinas ESDM Provinsi NTB, Ir. M. Husni, M. Si dengan Kepala Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir Batan, Suparman, Kamis, 22 Februari 2018 kemarin.
Penandatangan kerjasama penelitian dan pemilihan tapak pembangkit listrik tenaga nuklir di wilayah NTB ini dilaksanakan di kantor Dinas ESDM Provinsi NTB di Jalan Majapahit Mataram ini, disaksikan langsung oleh anggota Komisi VII DPR-RI, Dr. H. Kurtubi, dan General Manajer PLN Wilayah NTB, Mukhtar.
Para pihak selanjutnya akan membentuk tim. Beranggotakan dari pusat penelitian ini, dan Dinas ESDM. Dengan anggaran sharing, tim akan melakukan penelitian dari berbagai aspek. Termasuk penentuan wilayah yang tepat untuk pembangunan pembangkit listrik dengan sumber tenaga nuklir ini. penelitian akan dilakukan selama dua tahun, atau lebih, dan kerjasama dapat diperpanjang.
Kepala Dinas ESDM Provinsi NTB mengatakan, saat ini ketersediaan daya listrik di NTB masih tercukupi. Bahkan surplus. Tetapi ke depan, harus dipertimbangkan sumber-sumber pembangkit listrik baru, yang saat ini didominasi oleh pembangkit listrik konvensional, tenaga diesel dan batu bara.
Pemerintah telah mencanangkan, dan telah melaksanakan proyek 35.000 megawatt (MW), NTB mendapat jatah sebanyak 500 MW. Sayangnya, tidak satupun yang menggunakan sumber listrik dari tenaga nuklir, sebagai energi baru terbarukan. Padahal, ke depan, dunia sudah terancam kehabisan tenaga migas.
Sementara Dr. H. Kurtubi meyakini, RUPTL menjadi ranah Komisi VII DPR-RI memperjuangkannya. Agar arah kebijakan pembangunan kelistrikan dengan mengakomodir pemanfaatan tenaga nuklir. Bicara membangun pembangkit listrik dengan energi nuklir adalah program jangka panjang. Bukan program jangka pendek 1 atau 2 tahun ke depan. Indonesia pada 2045 mendatang mencanangkan diri menjadi negara maju. Tentu syarat menjadi maju adalah tersedianya energi yang berkecukupan, terutama energi listrik.
Negara-negara maju di Eropa, juga di Asia, telah memanfaatkan nuklir sebagai pembangkit listrik utama. Misalnya Amerika yang sumber energi listriknya 20 persen dari pembangkit listrik tenaga nuklir, demikian juga Prancis konstribusi nuklir sebesar 70 persen. Tanpa terkecuali Jepang yang sebetulnya sangat trauma dengan nuklir yang menghanguskan Nagasaki dan Hirosima, justru sebagaian besar pembangkit listriknya menggunakan tenaga nuklir.
NTB adalah bagian dari rencana besar pemerintah menjadikan Indonesia negara maju. Provinsi ini membutuhkan listrik tidak kecil ke depannya. KEK Mandalika, Global Hub, smelter di KSB dengan industri turunannya. Semuanya berpotensi menjadikan NTB sebagai provinsi industri. (bul)