KEK MANDALIKA : LPEI Akan Kucurkan Rp1,50 Triliun
PRAYA — Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika akan mendapat kucuran pendanaan dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia hingga Rp1,50 triliun untuk pembangunan infrastruktur dasar guna pengembangan kawasan.
Skema pembiayaan ini akan menjadi proyek percontohan dalam rangka mendorong pertumbuhan industri pariwisata khususnya pada 10 kawasan ‘Bali Baru’ yang digagas oleh pemerintah.
Direktur Pelaksana Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) Dwi Wahyudi mengatakan bahwa untuk mendatangkan investasi sebesar Rp45 triliun di KEK Mandalika, diperlukan infrastruktur dasar senilai Rp4,50 triliun.
“Selain mendukung pembiayaan ekspor barang ke Afrika, kami juga mendukung pariwisata. Untuk tahap awal, kami akan dukung proyek pembangunan infrastruktur dasar KEK Mandalika yang merupakan salah satu program prioritas pemerintah dalam menciptakan the next Bali,” ujar Dwi dalam seminar Menggarap Peluang Ekspor Baru Bagi Indonesia di kawasan KEK Mandalika, Lombok Tengah, Rabu (28/4).
Pembiayaan ini dilakukan LPEI melalui program penugasan khusus pemerintah atau National Interest Account (NIA). Program ini dilakukan karena ketersediaan infrastruktur dasar merupakan bagian utama dan paling penting untuk bisa mendatangkan investasi yang lain ke dalam kawasan.
Salah satu alasan Mandalika dijadikan sebagai proyek percontohan karena kawasan ini dinilai yang paling siap dari 10 kawasan lain yang tengah digarap. LPEI memberi skema investasi jangka panjang untuk Mandalika sebab infrastruktur dasar termasuk investasi yang cukup lama pengembaliannya.
“Realisasi diharapkan pada smester pertama tahun ini. Sekarang kami sedang hitung kebutuhannya, mungkin sekitar Rp1 triliun sampai Rp1,50 triliun,” ujar Dwi.
Seminar yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan itu bertujuan untuk menggali peluang ekspor baru bagi Indonesia dalam mengantisipasi turunnya tren ekspor ke sejumlah negara mitra ekspor tradisional menyusul menurunnya perekonomian di negara tujuan.
Direktur Pengelolaan Risiko Keuangan Negara, DJPPR Kemenkeu RI, Brahmantio Isdijoso mengatakan bahwa pelaksanaan seminar itu bertujuan untuk memberi gambaran mengenai arah kebijakan dan strategi yang dilakukan.
Selain itu, dipaparkan secara jelas dukungan yang disediakan oleh pemerintah pusat guna menembus pasar ekspor nontradisional seperti kawasan Afrika dan juga untuk mengembangkan potensi sektor pariwisata.
SUMBER DEVISA
Tim Percepatan Pembangunan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas Kementerian Pariwisata Artadi Saleh mengatakan bahwa sektor jasa pariwisata diproyeksikan akan menjadi sumber devisa terbesar negara pada 2019.
“Kami targetkan 20 juta wisatawan pada tahun 2019 itu setara dengan devisa negara sekitar US$24 miliar yang diharapkan pariwisata jadi sumber devisa terbesar bagi negara,” ujar Artadi.
Untuk mencapai target tersebut, pemerintah tengah mempercepat pembangunan kawasan di 10 destinasi pariwisata prioritas, termasuk KEK Mandalika di Lombok.
Percepatan pembangunan dilakukan khususnya di bidang infrastruktur dasar aksesibilitas, ketersediaan amenitas, serta peningkatan dan pembenahan atraksi-atraksi wisata di destinasi.
“Dibandingkan dengan KEK lainnya, Mandalika memang paling siap. Dari sisi lahan juga sudah klir dan tidak ada masalah. Jadi, tinggal dikembangkan dan cari investor saja,” katanya.
Direktur Utama PT Indonesia Tourism Development Corporation Abdulbar M. Mansoer menilai bahwa peran pemerintah pusat dalam pembangunan kawasan Mandalika cukup besar untuk menarik investor yang akan masuk.
“Pengembangan kawasan Mandalika bisa menaikkan tingkat PDB sektor pariwisata. Diperkirakan pada 2045 dengan pembangunan Mandalika bisa diperoleh sekitar Rp18,80 triliun, sedangkan tanpa pembangunan Mandalika hanya sekitar RP11,40 triliun,” ujarnya.
Pembangunan infrastruktur dasar KEK Mandalika terus dipercepat seperti jalan dalam kawasan. Sejumlah hotel juga tengah dibangun di sana.
Saat ini baru tersedia 102 kamar hotel di kawasan ini. Sebanyak tujuh hotel sudah masuk dalam tahap desain akhir dan pembangunan konstruksi dengan kapasitas 1.771 kamar.
Sementara itu, sudah ada lima hotel lain yang sedang dalam tahap negosiasi yang rencananya dibangun sebanyak 1.255 kamar. (K16) (B