2025,Satu Juta Wisman Lewat LIA
MATARAM–Kedatangan turis mancanegara melalui Lombok International Airport (LIA) terus meningkat tiap tahun. Tahun 2017 lalu, peningkatannya bahkan mencapai 205 persen. Menjadikan LIA sebagai pintu masuk wisatawan asing dengan peningkatan tertinggi di Indonesia. Ditargetkan, pada 2025, sebanyak satu juta wisman, masuk ke Indonesia melalui LIA.
Direktur Pemasaran dan Pelayanan PT Angkasa Pura Devi Suradji dalam konferensi pers di Mataram di sela penyelenggaraan focus group discussion (FGD) Collaborative Destination Development (CDD), kemarin (5/4) mengungkapkan, LIA memang mengagumkan dari sisi peningkatan arus kunjungan wisatawan asing.
Diungkapkan, pada periode antara Juni–Desember 2017 saja, arus kedatangan wisman di LIA melonjak hingga 205 persen. Tadinya pada periode itu ditargetkan wisman yang melalui LIA mencapai 60 ribu. Namun, faktanya tercapai lebih dari 120 ribu.
“Itu capaian tertinggi secara nasional. Diikuti Mando di urutan kedua,” ungkap Pura Devi.
Selain itu kata dia, pertumbuhan angka kunjungan wisatawan ke Lombok mencapai 35 persen dari tahun ke tahun. Meski 2017 kondisi ekonomi melemah dan terjadi beberapa bencana, seperti Gunung Agung meletus, namun pertumbuhan tetap bagus. Itu menggambarkan betapa besar potensi pariwisata Lombok. Sehingga Lombok menurutnya bisa menjadi alternatif pintu masuk di wilayah Indonesia Timur.
”Income-nya masuk ke Lombok, daerah lain juga bisa ditopang dengan kemajuan Lombok,” katanya.
Trafik Penumpang Meningkat
Dijelaskannya, tahun 2017, jumlah kunjungan wisatawan baik asing dan domestik ke Lombok-Sumbawa mencapai 3,5 juta orang. Meningkat 14 persen jika dibandingkan angka kunjungan tahun 2016 yang mencapai 3 juta wisatawan. Sementara pada saat bersamaan, trafik penumpang domestik dan internasional di LIA tahun 2017 mencapai 3,58 juta penumpang atau tumbuh 4,92 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 3,42 juta penumpang.
Pihaknya kata Pura Devi mencatat, trafik penumpang internasional mencapai 310.712 penumpang atau meningkat 17,40 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 246.666 penumpang. Sedangkan penumpang domestik 2017 tercatat mencapai 3,14 juta penumpang atau meningkat 3,67 persen dibandingkan tahun sebelumnya 3,03 juta penumpang.
Sementara pergerakan pesawat juga terus tumbuh. Sepanjang 2017 tercatat 37.684 pergerakan pesawat, tumbuh 2,01 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 36,943 pergerakan pesawat baik domestik maupun internasional.
Melihat pertumbuhan penumpang dan potensi wisata NTB, AP I kata Pura Devi sangat optimistis dapat membantu memenuhi target empat juta wisatawan 2018. Salah satu program AP I adalah memberikan insentif kepada maskapai untuk meningkatkan trafik pesawat. Seperti insentif landing fee sebesar 50 persen selama enam bulan, serta free biaya promosi di bandara selama satu bulan untuk menstimulus maskapai agar mau membuka rute baru.
Menurutnya, dengan kolaborasi yang baik antara Angkasa Pura I sebagai operator bandara, maskapai sebagai pembawa penumpang, pelaku bisnis pariwisata, dan dukungan pemerintah, diharapkan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan perekonomian dan pariwisata NTB.
Diskusi Terpumpun
Sementara itu, AP I sendiri, untuk mendukung perkembangan pariwisata Lombok dan Sumbawa, kemarin menggelar diskusi terpumpun atau focus group discussion Collaborative Destination Development (CDD), dengan tema “Establishing Lombok Sumbawa as World Renowned Tourism Destination”. Diskusi melibatka pemerintah daerah, ASITA, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), perwakilan maskapai, dan pelaku bisnis pariwisata, di Golden Palace Hotel Lombok.
Direktur Utama PT Angkasa Pura I (Persero) Faik Fahmi melalui keterangan tertulis menjelaskan, CDD merupakan program yang diinisiasi Angkasa Pura I sejak 2015. CDD merupakan forum kolaborasi berbagai pelaku industri pariwisata nasional dan daerah. Tujuannya bersama-sama mengembangkan sektor pariwisata dan melaksanakan pelayanan pariwisata di wilayah kerja Angkasa Pura I.
Hal itu juga dilakukan untuk membantu pemerintah pusat mencapai target kunjungan wisatawan mancanegara 20 juta orang pada 2019. Termasuk NTB dengan target empat juta kunjungan tahun 2018.
Angkasa Pura I mendorong kunjungan wisatawan melalui kegiatan CDD yang rutin dilaksanakan setiap tahun. Kegiatan CDD diharapkan dapat memperkuat kolaborasi antara stakeholder pariwisata, merangsang percepatan pembangunan infrastruktur penunjang pariwisata.
”Termasuk menjadikan destinasi wisata Lombok-Sumbawa makin mendunia,” ujar Fahmi.
Dari sisi infrastruktur penunjang pariwisata, Angkasa Pura I tengah meningkatkan fasilitas pelayanan di Bandara Internasional Lombok, seperti perluasan apron timur dan barat yang dapat menampung empat pesawat wide body, penataan drop dan pick up zone. Juga penataan lantai tiga gedung terminal menjadi ruang tunggu keberangkatan, serta penambahan dua garbarata dan perpanjangan koridor terminal menuju parking stand.
Selain itu, pada 2017 lalu telah dilakukan beautifikasi di area terminal untuk meningkatkan kenyamanan penumpang seperti pembenahan toilet, pembenahan smoking area dan penataantaman landscape.
CDD tahun 2015 menghasilkan beberapa komitmen antar stakeholder dalam meningkatkan pariwisata Lombok Sumbawa, seperti mempromosikan Lombok sebagai destinasi tujuan Wisata Halal Dunia dalam skala nasional dan internasional. Melalukan promosi paket-paket wisata oleh ASITA, pembangunan infrastruktur hotel dan promosi MICE oleh PHRI, serta kesiapan menerima kunjungan 1 juta wisatawan mancanegara melalui LIA tahun 2025.
Secara terpisah, Ketua DPD ASITA Dewantoro Umbu Joka dalam pertemuan itu berharap PT AP bisa mengupayakan agar lebih banyak penerbangan langsung (direct flight) dari luar negeri ke Lombok. Hal itu menurutnya sangat penting untuk mendukung industri pariwisata di NTB.
”Daya angkut kita ini masih kurang,” katanya.
Sementara itu, Staf Ahli Menteri Pariwisata Bidang Aksesibilitas Udara Robert Danil Waloni mengatakan, Lombok dan Sumbawa memiliki masa depan yang sangat cerah dari segi pengembangan pariwisata. ”Amat sangat cerah,” kata Robet.
Ia menyebutkan, ada tiga kunci keberhasilan pengembangan pariwisata, pertama atraksi, yakni atraksi berstandar internasional seperti atraksi seni budaya khas daerah. Kedua amenitas, dukungan fasilitas seperti hotel, restoran, dan sebagainya. Tiga aksesibiltas. Akses dalam pariwisata sangat penting, seperti akses udara untuk mempermudah wisatawan datang ke suatu daerah.
Robert menuturkan, dalam banyak event di luar negeri Kemenpar selalu mempromosikan Lombok sebagai salah satu destinasi wisata terbaik yang bisa dikunjungi. Meski orang menyebut Bali, tapi ia meyakinkan bahwa Lombok juga bagus. Tujuannya agar mereka mengetahui dan berpikir untuk menjadikan Lombok sebagai tujuan utama mereka.
”Bukan karena Bali sudah penuh, tapi kalau keduanya hidup akan lebih bagus,” katanya.
Menurut Robert untuk bisa mendongkrak pertumbuhan pariwisata, maka dibutuhkan kolaborasi dan kerjasama semua pihak. Mulai dari pelaku pariwisata, pemerintah, operator bandara, asosiasi pariwisata dan sebagainya. (ili/r8)