NTB BUTUH PABRIK PAKAN TERNAK
MATARAM Ekspor jagung yang ditargetkan mencapai 300 ribu ton optimis bisa teralisasi dalam waktu dekat. Karena produksi jagung NTB awal tahun 2018 mencapai 2,4 juta ton. Namun ironis karena NTB belum memiliki pabrik pengolahan pakan ternak. Padahal jagung sebagai salah satu bahan bakunya. “Setelah dihitungsesuai kebutuhan,ada 500 ton termasuk pakan ternak dan 7 ribu ton untuk kebutuhan konsumsi dalam daerah,” kata Budi Septiani, Kepala Dinas Ketahanan Pangan NTB saat ditemui Lombok Post, kemarin (3/4) Dari 50 persen total produksi, sekitar 1 juta ton jagung yang akan dikirim keluardaerah untuk pengolahan pakan ternak.
Karena pabrik pengolahan biasanya terdapat di Pulau Jawa Saat menjabat Kepala Dinas Peternakan, dia pernah mengajukan agar di NTB ada pabrik pengolahan pakan ternak. Namun sampai saat ini tidak ada kepastian. “Alasannya adalah kapasitas pabrik sendiri belum mencukupi bahan baku yangada dan harus ada di Bali dulu, istilahnya supayatidakloncat,ada jaringan dan berantai,” ujarnya Oleh karena itu, ia mengharapkan investasi yang masuk ke NTB bisa diarahkan untuk pabrik pengolahan pakan ternak berskala rumah tangga. Agar langsung dikelola oleh petani. “jika nantinya ada di NTB, nilai tambah bisa dinikmati oleh petani kita bukan di luar daerah NTB,” imbuh Budi Kata dia, salah satu PUPM Dinas Ketahanan Pangan, sudah bergerak dipakan ternak.
Mereka bisa menjual di bawah harga pasar. Biasanya Rp 9 ribu per kilo menjadi Rp 7 ribu per kilo Pada tahun 2013, NTB sempat mengalami inflasi di komoditas telur ayam. Untuk menekan harga, perlu dikembangkan pengolahan pakan ternak. Sehingga nilai produksi juga bisa ditekan. “Sekarang solusi pemerintah bagaimana supaya membangun pabrik pakan ternak untuk bisa mengakomodir produksi jagung NTB yang melimpah agar bisa dirasakan manfaatnya oleh petani,” (cr yun/r7)