NTB Bidik Investor Ramah Gempa
Mataram (Suara NTB) – Tidak dinampikkan, gempa tahun 2018 lalu memicu pertanyaan dari para investor. Pertanyaannya seputar keamanan dan kenyamanan berinvestasi NTB. Padahal, gempa ini juga terjadi di mana-mana. Kejadian alam yang tidak bisa ditebak. Gempa juga menyisakan kompleksitas tantangan mewujudkan target investasi di provinsi ini. Sembari terus meyakinkan publik, bahwa Lombok-Sumbawa telah aman. Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP) Provinsi NTB, Drs. H. L. Gita Ariadi, M. Si memutar otak membidik investor-investor yang ramah dengan gempa. Sebut saja investor Jepang. Target ini juga di dukung oleh BKPM-RI, Wisnu Wijaya Soedibjo, Deputy Bidang Investasi BKPM-RI mengatakan siap menjadi penyambung lidah NTB membangun kerjasama investasi dengan sejumlah negara. Karakteristik potensi yang dimiliki NTB, perlu di dorong terus beberapa sektor investasi yang menjadi andalan. Yaitu pariwisata, pertanian dan pertambangan.
Tiga sektor ini menurutnya banyak peminat oleh beberapa negara. Misalnya Jepang, China, Australia, Korea dan Singapura. “Jika DPM-PTSP ingin mempromosikan potensi ini, BKPM RI siap membantu, karena BKPM memiliki network melalui kerjasama-kerjasama dalam bentuk MOU mempromosikan investasi,” demikian Wisnu. Jepang juga merupakan sasaran promosi investasi yang sangat cocok bagi NTB saat ini. sebab di negara Sakura itu, masyarakatnya sudah cukup bersahabat dengan gempa. Bahkan gempa dengan kekuatan 5-7 skala richter dianggap sangat biasa. “Di Jepang baru dikatakan gempa, kalau sudah di atas 10 SR. Masih 7 SR, enak-enak saja tidurnya di sana. Kenapa, karena bangunan-bangunan mereka sudah menggunakan teknologi tahan gempa,” demikian Wisnu. L. Gita menyebut tahun 2018 investasi mengucur masuk. Target investasi sebesar Rp 14 triliun tahun Ialu, bahkan tercapai Rp 15,3 triliun. Saat terjadinya gempa, kunjungan wisatawan anjlok. Investasi juga sempat stagnan. Tetapi, investasi yang telah direncanakan jauh-jauh hari sebelumnya tetap dilanjutkan. Misalnya investasi perhotelan. Hotel-hotel yang terdampak gempa langsung diperbaiki. Masih ada optimisme.
Global Hub, di Kabupaten Lombok Utara, atau konsep pembangunan Singapura kedua. Di Lombok Utara juga tengah naik daun saat itu. Harga tanah melonjak tajak, para investor berebut lahan penyangga di sekitar 4.000 hektar lahan yang akan dibangun sebagai Singapura kedua. “Yang sebelum-sebelumnya cari lokasi tiba-tiba hilang. Sementara Global Hub di pending,” kata L. Gita. Tapi Lombok Sumbawa tetap menarik. Ada Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika di Kuta Lombok Tengah yang dllæbut pembangunannya. Presiden Joko Widodo juga mengawal kawasan selatan ini pascaditunjuknya Lombok (Indonesia) sebagai tuan rumah MotoGP 2021. Ada juga potensi investasi di sektor pertambangan. Dengan akan dibangunnya smelter oleh PT. Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) di Sumbawa. Kawasan Samota (Saleh-Moyo-Tambora). Semua potensi tersebut masih memiliki nilai jual. “Kita berkoordinasi dengan BKPM-RI untuk membidik negara-negara tersebut. Tanpa mengecualikan investor dari negara-negara lainnya. Dan respon BKPM cukup baik,” demikian L. Gita.
Sumber : Suara NTB, Sabtu, 3 Agustus 2019